Kamis, 24 November 2011

Harapan cinta

Terkadang sayang itu baru terasa membekas saat kita akan berpisah 
     Ya, itu kata paling tepat menggambarkan perasaanku sekarang, kini aku sedang bimbang dan takut. aku takut untuk berpisah dari sang belahan jiwa, siapa lagi kalau bukan kekasihku, membayangkan perpisahan yang semakin dekat membuat memori otakku bekerja secara FlashBack.
     Awal rasa itu hadir di hati, saat aku pindah dari pondok tercinta ke sebuah SMA Negeri di daerahku kelas 2 Sma pertengahan semester satu. Perjumpaan pertama tak ada kesan yang membekas (maklum anak baru bo'), aku pun juga jadi seorang anak pendiam walau gitu aku lumayan senang karena anak-anaknya welcome banget nyambut aku sebagai pendatang baru, apa lagi anak cowoknya, hehehe kalau di ingat-ingat tuh bisa ketawa sendiri. Hari pun berlalu, dan aku masih saja belum berani untuk menampakkan sifat asliku, ya bagian ini aku ingat banget, saat lagi asyik baca novel ada seseorang cowok yang mampu menarik perhatianku, cowok itu gak ganteng, hitam manis, dengan senyuman dan tawaan lepas berbicara riang tentang bola dengan temannya. Tawaan itulah yang membuat aku berpaling dari buku tercinta, kulihat dengan seksama tingkahnya begitu luwes, riang, dan cuek (sifat ini yang buat aku jadi penasaran ma dia). Dan mulai hari itu aku terus memperhatikannya. Ahmad Zainuri, itulah namanya.
     Hari berganti hari, aku semakin dekat dengannya tanpa sadar dia tak sengaja menanamkan benih sayang ke hatiku, meski aku tahu aku saat itu udah ada yang punya (LDR gitu). Entah kenapa aku merasa perasaanku ini tak bertepuk sebelah tangan, aku merasakan dia juga sayang padaku tapi aku bingung sifatnya tetap aja cuek dengan aku. Curi-curi pandang pun tak bisa di hindari antara kami, aku mulai berani mendekatinya, curhat tentang cowok aku yang nun jauh di sana dengan dia, sampai akhirnya aku membulatkan hatiku untuk putus dengan cowokku karena tingkahnya yang terlalu overprotectif dengan aku.
     Tepat tanggal 15 Desember 2010 aku resmi putus dari cowokku, huh putus yang tidak mengenakan, akibatnya sampai sekarang aku dan dia benar-benar ngerasa tak pernah bertemu dan saling kenal. Tepat tanggal 20 Desember 2010 aku dan urik (panggilannya) mulai saling terbuka satu yang lain, mulai membicarakan perasaan kami, mungkin orang-orang mengganggap aku ini begitu jahat ya, tapi begitulah alur yang telah terjadi, mungkin malam itu kami berdua masih belum yakin dan pasti dengan keputusan kami.
     Malam tahun baru, tepat tanggal 01 bulan 01 tahun '11 di singkat 010111. Dia mengungkapkan perasaannya, dan akupun menerima ungkapan itu tanpa pikir panjang lagi. Hah, lucu banget ya.!! Walau melalui pesan singkat (sms), tiada alunan musik, kembang-kembang beterbaran, dan sekuntum mawar merah bagiku itu sudah cukup, dan satu pesan dia yang selalu aku ingat arti akan 010111 itu...
"010111 adalah sebuah pengharapan, semoga kisah cinta kita cantik dan bahagia seperti tanggalnya, dan makna angka satu yang banyak itu, semoga dihati urik cuma ada 1 cewek yaitu intan, dan 1 cowok di hati intan yaitu urik, dan intan adalah pacar pertama urik yang sangat urik sayangi"
     Begitu dalam dan menyentuh kata-katanya, dan aku pun juga tak menyangka jalinan kisah cinta ini bertahan lama, kini aku dan dia telah duduk di kelas 3 Sma itu artinya kami berdua akan berpisah, terkadang di saat aku tengah melamun aku selalu membayangkan saat-saat jauh dari dia, apakah aku sanggup akan itu? karena setahun lebih sudah aku selalu mengukir kenangan bersamanya, dengannya, dan selalu dia. Hatiku selalu merongrong tak sanggup meski belum aku coba, membayangkannya saja aku sudah menangis, apa lagi aku mencoba melakukannya!!! ya Allah, kenapa perpisahan itu mesti ada di saat aku bahagia bersama dia?!
     Kurang lebih 4 bulan lagi aku dan dia bisa tetap bersama, aku selalu takut dan takut waktu yang aku hindari itu datang, karena aku yakin itu pasti akan datang dan tak dapat kuhindari lagi. Ya waktu lulus sekolah, waktu aku berpisah dengannya dalam rentan waktu yang lama.
Ya Allah,,,,
Hanya ada segelintir harapanku saat hari itu tiba, dan hanya satu harapanku saat aku mengukir kenangan bersamanya....
aku harap jika saat itu tiba, walau terpisah tembok cina, walau terpisah antar benua kasih sayang aku dan dia selalu tetap ada, dan tak kan pernah terkikis oleh masa....
aku harap jika memang saat itu tiba dan mencoba memisahkan cinta, aku ingin tetap bersama dengannya,,,
aku harap jika waktu itu tiba dan jodohku memang untuknya, pertemukanlah aku lagi bersama dia, untuk mengisi tulang rusukku yang telah tak ada....
dan aku harap saat mengukir kenangan bersamanya, hanya keindahan yang terlukiskan tak ada batu-batu yang mengganjal cinta, tak ada yang membuat luka, yang ada hanya kebahagiaan cinta antara aku dan dia hingga waktu memisahkan kami berdua,,,
amiin, amiin ya robbal'alamin... :)

Jumat, 18 November 2011

selamat jalan


Keheningan sang malam memecahkan kebisuan rembulan,,
Menyibak kekuatan" misteri dalam raga,,,
Meninggalkan romansa" antara kita,,
Yang terlukis sepanjang masa,,
Kau pergi dan tak kembali,,

Kau tinggalkan kami bersama petuah" pusaka,,,
Kau pergi membawa jarum suntik yang hendak menolong jiwa,,
Membopong nama mengharumkan bangsa,,,
Menolong rerintihan demi rerintihan menyayat jiwa,,,
Menyelamatkan sang penerus bangsa,,

Tak henti-hentinya berlian mata menitiskan bulirannya,,
Di saat kau pergi membawa sejuta harapan dari kami,,,
Senyuman tak pernah lepas dari bibir mungil ini,,,

Kau terbang laksana burung lepas dari sangkar emas nya,,
Pergi jauh dan jauh,,,
Hanya satu frasa yang terucapkan,,
Terbalut dengan harapan dan jasa para pemberi ilmu,,
Hanya satu keinginan, yang bersepoi di dalam sanubari,,
"Berjuanglah terus dan jangan pernah menyerah kakak ku"

dezenove part 4


                Hari ini hari keempat Adi pergi keluar kota bersama teman-temannya, dan udah empat hari perasaanku tentang Adi berkecamuk. Pesan yang kukirim jarang dibalasnya, dan yang paling naas lagi, teleponku juga tak pernah diangkatnya. Ada apa sebenarnya ini, lirih batinku. Seraya menghidupkan laptop kesayangan dan menunggu jaringan modemku untuk connect, aku memikirkan kemungkinan jawaban pertanyaan hatiku ini.
            “Pusing ah mikirin satu anak itu aja, mendingan aku buka facebook lagi” Ujarku mengetik keyword facebook di mbah google.
            Setelah menunggu beberapa menit akhirnya facebookku terbuka, dengan mengklik sana dan sini aku melihat pemberitahuan terbaru, tidak ada yang begitu spesial dan istimewa di sana, selalu seperti biasa, ya pemberitahuan yang biasa saja, like status, komenan status, kiriman dinding, undangan pertemanan, undangan acara, semua biasa saja dan membuat bosan. Sampai akhirnya aku kembali ke beranda melihat status-status teman dunia mayaku.
            Kubaca satu persatu status-status yang mewarnai berandaku, beranekaragam semuanya, ada yang sedang bahagia, bersedih, galau, atau pun tidak jelas maksud status mereka, membuat sedikit terhibur dengan status mereka, sesekali aku juga mengkomen status yang menarik perhatianku, namun semua itu hanya sebentar tiba-tiba tanpa tidak sengaja aku membaca sesuatu yang membuat hatiku terperanjat bukan main, ku ulang membaca sesuatu itu berharap hanya salah baca, tapi tetap tidak berubah, bagai disambar petir hatiku dibuatnya. Kekasih yang kucintai selama ini mengkhianatiku, kini dengan mata kepalaku sendiri aku membaca sebuah kiriman yang dikirim Adi kepada seseorang cewek yang tak ku kenal, aku bukannya tipe cewek yang protektif, aku juga tidak marah jika ia berbalas dinding dengan teman ceweknya manapun, tapi kali ini beda, dia memakai satu suku kata yang meremukkan hatiku, sayang. Itulah suku katanya.
            Dengan cepat kuraih handphoneku dan menelpon Adi. Sekali kutelepon, tak diangkat, dua kali, tiga kali, empat kali, dan akhirnya tuk kelima kalinya teleponku diangkatnya juga.
            “Ya” Ujarnya singkat.
            “Maksud kamu itu apa sih? Kamu gak sanggup lagi dengan hubungan ini? Mana janji kamu dulu? Ternyata kamu itu gak pernah berubah ya, setelah aku kasih kesempatan kedua kamu masih saja buat hal yang sama, mana hati nurani kamu? Sekarang intinya kamu itu mau apa? Lanjutin atau gak hubungan ini?” Tanyaku selayaknya rel kereta api yang tak putus-putus.
            “Apa sih yang kamu omongin?” Tanyanya tanpa merasa bersalah.
            “Kamu itu yang apa, apa maksud kamu bilang-bilang sayang ke cewek yang gak aku kenal di facebook?”
            “Yang mana?” Adi mulai gelagapan.
            “Lihat aja sendiri. Hm, itu gak penting, sekarang aku nanya gimana hubungan kita sekarang? Mau dilanjut atau gak?”
            “Terserah” Ujarnya singkat yang membuat aku naik pitam.
            “Ya udah kalau kamu gitu, sekarang kita putus, titik” aku segera mematikan handphoneku dan membantingnya ke atas kasur tepat di sampingku.
            Emosiku masih naik dan belum stabil, ingin rasanya menangis walau air mataku tak dapat mengalir jatuh. Kulihat di sisi kanan bawah facebookku, ku klik menu obrolan yang tertera jelas disana, kuperhatikan satu demi satu nama yang ada di sana, tanpa tak sengaja aku melihat sebuah akun yang sangat familiar di ingatanku, dengan cepatku klik nama itu dan memulai chatting dengannya.
            “Sakit ya ternyata diduain, dikhianatin gitu”
            “maksud kamu apa Mahel? Udah lama gak ketemu, sekali chat ngomongnya gitu” Balas Daman yang terheran di seberang sana.
            “Baru beberapa menit putus udah buat status berpacaran dengan cewek lain” Tambahku.
            “Siapa? Cowok kamu Mahel?”
            “Iya, siapa lagi kalau bukan dia”
            “Kurang ajar, enak aja dia buat gitu, dia kira anak orang boneka apa yang seenaknya dipermainkan gitu?” Ujar Daman kesal.
            “Nah, kok kamu yang ikut-ikutan kesal De Plant?” Tanyaku keheranan.
            “Gak tahu lah kenapa, pokoknya kesal. Gimana kalau kamu balas bikin status berpacaran juga?”
            “Dengan siapa?” Tanyaku kebingungan.
            “Iya ya, aku juga bingung gak tahu siapa orangnya” Daman berpikir “Gimana kalau dengan aku saja? Itu pun kalau kamu mau”
            “Boleh juga tuh”
            Dan akhirnya kami pun buat status berpacar saat itu juga, serentak status itu banyak yang mengomennya, dunia maya gempar dengan status hubungan kami, sampai-sampai Dila ngirim pesan ke aku yang pada akhirnya aku jelasin semua dari a sampai z dan Dila ngerti juga. Aku tidak tahu tanggal  berapa itu, toh juga cuma pacaran pura-pura.
            Skenario kami berhasil, aku dan Daman udah bisa membohongi orang-orang dengan berbalas dinding pakai kata sayang, saling komen-komenan dengan kata-kata sayang juga, pokoknya seperti gimana selayaknya orang berpacaran. Kini hatiku sudah tidak emosi dan hancur lagi, aku telah bahagia dapat membalas sakit hatiku walau tidak secara langsung.
            “Seperti aku banyak berhutang dengan Daman” Pikirku seraya tersenyum-senyum dan mengakhiri keasyikanku di dunia maya.
****
             Senandung azan maghrib mengalun syahdu, mengajak para penikmatnya tuk menghadap bersujud bersyukur kepada sang pencipta jagat raya, tampak cahaya senja mengkilap di langit kemerahan menambah suasana semakin syahdu saat itu. Kini hatiku tenang setelah membayar hutang akhirat, dengan perasaan lega kuberbaring di atas kasur, tak berselang lama handphoneku berbunyi pertanda ada pesan yang masuk.
            “Daman? Kenapa dia ya?” Tanya hatiku terheran dan membuka pesannya.
           
            Pengirim : Daman
            Dikirim   : 19-Juni-2011 18:35
            Malam Ta, langsung aja ya. Hm,, gimana kalau kita serius pacaran??
            Khan kamu udah gak ada cwok lagi,,

            Terkejut bukan main aku membaca pesan yang dikirim Daman, sekarang ini bukan masalah aku masih atau tidak ada lagi kekasih, tapi aku terikat dengan perkataan Dila yang tak boleh aku menjalin hubungan dengan Daman, karena dia tidak mau aku tersakiti lagi, dan Dila tahu Daman itu seperti apa orangnya. Dengan perasaan ragu kubalas pesan dia.

            Terkirim : Daman
            Dikirim   : 19-Juni-2011 18:43
            Malam juga Man, maaf ya sblumnya,,,
            Bukannya aku gak mau, pie kamu harus minta izin dulu dengan Dila,,,
            Alnya Dila gak suka dan gak setuju aku pacaran dengan kamu,,,
            Dengan sedikit gelisah aku menunggu balasan dari Daman, tak sampai lima menit handphoneku kembali bergetar, dengan cepat aku membukanya tak sabaran akan balasannya.

            Pengirim : Daman
            Dikirim   : 19-Juni-2011 18:45
            Gitu ya??
            Hmbb,, oke deh aku coba,,
            Kita teleponan aja ya, dikonfren gitu,,
            Bentar kutelepon Dila dulu,,

             Ku pun mengerti dan menunggu telepon dari Daman, sembari menunggu kubiarkan otakku menari-nari membayangkan kejadian yang mungkin akan terjadi selanjutnya, terkadang tersenyum sendiri, terkadang melamun sendiri. Sedetik kemudian soundtrack sheila on 7 mudah saja pun terdengar dari handphoneku, cepat-cepat kuangkat panggilan Daman.
            “Ya” Jawabku singkat.
            “Nah, udah ngumpulkan semua?”  Tanya Daman namun tak ada yang menjawab “Oke to the point aja ya, Dila aku mau minta izin ke kamu tuk jadiin Prita kekasih hati, di izinin gak?”
            “Hah, kamu mau pacaran dengan Prita? Gak, aku gak izinin, pokoknya gak, aku gak mau sahabatku sakit hati dipermainkan cowok” Bantah Dila.
            “Mohon kasih aku kesempatan sekali ini Dil, aku janji bakal ngebahagiain Prita, aku janji gak akan mempermainkannya seperti aku biasa mempermainkan cewek yang lain”
            Dila tetap diam tak mau tahu, sementara aku hanya sebagai pendengar mereka saja. Daman berkali-kali memohon dan merayu Dila.
            “Dil, tolong percaya aku dan kasih aku kesempatan kali ini aja, aku janji. Kalau memang kulanggar perjanjian ini terserah kamu mau apain aku”
            “....” Dila tetap diam tak bergeming, mungkin dia sedang berpikir.
            Lama sudah itu Daman pun ikut terdiam, tak ada yang bicara lagi. Nampaknya Daman menantikan sekali sebuah jawaban yang keluar dari mulut Dila itu.
            “Oke aku izinin” Ujar Dila singkat “Kupegang kata-katamu”
            Dila pun mematikan penggilannya dan membiarkan aku bersama Daman berdua tanpa sempat berterimakasih kepadanya.
            “Well, gimana sekarang?” Tanya Daman.
            Aku hanya diam tak menjawab pertanyaannya, jujur aku juga bingung harus bagaimana lagi
            “Ta, gimana sekarang?” Tanya Daman lagi.
            “Iya aku mau Man” Jawabku singkat, tak lupa pula bibirku tersungging sebuah senyuman.
            “Makasih ya Mahel sayang” Ujar Daman bahagia.
            “Iya”
                        Kulirik sebentar jam weker di meja belajarku, jam pooh kesayanganku itu telah menunjukkan jam sembilan belas lewat tiga puluh tiga menit, kini pandanganku beralih ke kalender yang ada di sebelah jam itu, dan kusadari hari ini tanggal sembilan belas.
                        “Serba sembilan belas” Bisik batinku tersenyum “Semoga awal yang baik”

BERSAMBUNG....,,

dezenove part 3


            Seseorang cowok yang sedang kebingungan celingak-celinguk di depan pagar rumahku, aku yang melihatnya hanya terheran-heran. Kuperhatikan dengan seksama postur tubuhnya, tak begitu asing di mataku, aku mencoba menebak siapa dia yang akhirnya membuat hatiku tergerak untuk mendekatinya.
            Dengan melangkah pelan aku berdeham seraya berkata, “Ehem, cari siapa ya?”
            Cowok itu pun berbalik dan tersenyum kepadaku, ya senyumannya yang begitu khas membuatku langsung tahu siapa dia.
            “Aku cari kamu Mahel” Ujar Daman, cowok yang mondar-mandir di depan pagarku.
            “Ayo masuk De Plant” Ajakku “Ada apa nyari aku?” seraya mempersilahkan duduk
            “Makasih” Ujar Daman duduk “Aku mau minta tolong dengan kamu, boleh gak?”
            “Minta tolong apa?”
            “Hm,, gimana ya? Gini, mudah sih, cuma minta tolong buat si Rika cemburu, dengan gitu mungkin ada kesempatan buat aku balikan lagi dengan si Rika”
            Aku terkejut dan bingung, “Gimana caranya? Gak mungkin aku pacaran denganmu, aku kan udah ada pacar De Plant”
            “Aman, gak pacaran kok, cuma dekat aja, walaupun kita udah dekat aku mau kita lebih dekat lagi apalagi di depan Rika, maukan?”
            Aku memutar otak memikirkan baik dan buruknya rencana itu sebelum menerimanya, sementara Daman menunggu keputusanku dengan harap-harap cemas, tak lama kemudian akupun memberi keputusannya seraya tersenyum, “Iya deh, iya. Aku tolongin”
            “Makasih ya Mahel” Ujar Daman, aku hanya mengangguk dan tersenyum.
            Dan sejak hari itu aku kembali dekat bahkan lebih dekat dengan Daman. Dia juga tak sungkan-sungkan menemaniku kemana saja dan menolongku mulai mengantarku tuk membeli peralatan tugas, jalan-jalan, dan untuk cek up behelku.
            Waktu berlalu begitu saja bagaikan air yang mengalir tenang di kebeningan sungai, hingga pembagian rapor pun tiba, dan usaha aku serta Daman hanya membuahkan kesia-siaan. Rika tetap tidak mau balikan dengan Daman, dan itu tidak penting bagiku karena yang penting bagiku hari ini adalah hasil perjuanganku selama beberapa hari yang lalu.
            Dengan kecemasaan yang sangat besar, aku memasuki gerbang sekolahku, di sana ada Daman yang enjoy tertawa bersama teman-temannya, aku mendekati mereka berharap kecemasan ini dapat hilang walau hanya sementara.
             “De Plant” Sapaku dari kejauhan.
            “Eh Mahel, ayo gabung” Ajaknya yang hanya ku isyratkan dengan anggukan.
            “Lagi pada ngomongin apa nih?”
            “Eh Prita, nih lagi ngomongin siapa aja yang gak naik” Ujar Adrian teman Daman.
            “Duh jangan ngomongin itu dong, jadi tambah cemas nih” Ujarku kembali cemas.
            “Haha, santai aja Mahel, aku yang tahu bakalan gak naik pun nyantai” Hibur Daman.
            “Nah tahu dari siapa kamu Plant?” Aku keheranan.
            “Gak tahu dari siapa-siapa, tapi udah ketebak aja”
            “Mana boleh gitu, harus optimis dong. Hm, ke kelas dulu ya. Ingat optimis” ujarku sambil berlalu, Daman hanya tersenyum sembari mengangguk kepadaku.
            “Oke deh Mahel” Ujar Daman sembari menyatukan telunjuk dan jempolnya membentuk sebuah lingkaran kecil.
            Aku berjalan menjauhi Daman dan Ardi menuju kelasku, sesampai di kelas pikiranku kembali galau, kucoba berbaur bersama sahabat-sahabatku yang alhasil mampu membuat hati ini kembali tenang, tak terasa tiba-tiba handphone yang kupegang berbunyi, kulirik monitornya, sebuah nama yang membuat kutenang hadir di saat tepat, di saat aku tengah membutuhkannya.
            “Assalamua’alaikum sayang” Jawabku, dan kini aku terhanyut bersama canda tawa dengan Adi kekasihku.
****
            “Haha, tukan Ad, udah kutebak aku gak bakal naik” Ujar Daman sembari membetulkan earphone miliknya.
            Sembari mendengar celotehan dia yang tak penting itu aku berjalan melewatinya dengan wajah yang kusut serta sedih, bagaimana tidak nilai di raporku benar anjlok dan jatuh, peringkatku sekarang jauh dari peringkat sebelumnya.
            Dengan keheranan Daman memanggilku sembari tersenyum, “Mahel, dapat peringkat berapa?”
            “Iya, gak dapat” Ujarku ketus tanpa melirik dia sepicing mata pun.
            Dan semua berakhir, ternyata hanya hari itulah aku dapat melihat senyuman Daman tuk terakhir kalinya, hanya hari itulah sapaan terakhirnya yang tertangkap oleh telingaku, dan hanya hari itulah terakhir kalinya aku mendengar canda gurau Daman serta tawa khasnya yang  nyaring, karena setelah hari itu takdir telah memisahkan kami, berdua antara aku dan Daman meski tak tuk selamanya...
Bersambung....

Rabu, 16 November 2011

dezenove part 2


            Siang ini tak seperti biasanya, sembari berdiri di pojok kelas menunggu kedatangan Daman ojek baruku, kutatap syahdu langit nan kelam, merasakan angin bersepoi riuh memainkan jilbab yang kini kupakai, awan putih berangsur-angsur menjadi padatan hitam memenuhi jagat raya, setitik demi setitik pun hujan turun dari padatan hitam itu membasahi bumi.
            “Prita”
Terdengar olehku suara seseorang memanggil, kupalingkan tatapanku untuk mencari-cari suara yang nyaring itu. Terlihat denganku dari kejauhan sebuah senyuman menyapa ramah ke arahku, dan datang tepat dihadapanku. Dengan hati setengah kesal aku menatap Daman yang masih tersenyum.
“Apa senyum-senyum?” Tanyaku.
“Galak amat mok, sorry ya tadi ada keperluan pramuka bentar dengan Rika” Jelas Daman yang bagiku itu tidak penting.
Dengan membentuk mulut bulat aku hanya ber-oh ria menanggapi penjelasannya. Kini ku tampung hujan yang turun perlahan dengan tanganku tanpa menghiraukan Daman yang masih saja tersenyum.
“Gimana nih? Masih mau dianterin pulang?” Tanya Daman.
“Iya dong, kan hukumannya belum selesai, ingat empat hari lho”
“Iya-iya tahu. Jadi gimana? Pulang sekarang kita mok?”
“Ye, hujan gini ngajakin pulang, bisa gak sekolah besok”
“Gerimis juga” Celetuk Daman.
Hening, suasana kembali hening. Tak ada lagi percakapan antara aku dan Daman. Kami tetap saja terdiam menunggu hujan yang reda, walaupun aku sempat risih dengan keadaan ini. Sampai akhirnya hujan reda juga.
“Udah reda nih, pulang yuk” Ajakku memecah keheningan.
Dengan sumringahnya, dia mengangguk kepadaku dan mempersilahkanku menaiki motor merah kesayangannya bak pangeran mempersilahkan menunggangi kuda hitam nan gagah berani. Aku hanya tersenyum melihat tingkah Daman, jujur dia memang asyik anaknya walaupun terkadang ngeselin. Lambat laun motor yang kami tumpangi pun berjalan menyelusuri jalan-jalan yang sepi, masih dirintik oleh titik-titik hujan.
“Kelihatannya aku mulai menyukai ini” Ujar batinku tanpa sengaja tersenyum.
“Kenapa senyum Ta? Romantis ya?” Goda Daman yang membuatku terkejut.
“Apanya yang romantis? Biasa aja kali Man. Geer amat sih jadi umat” Ledekku.
“Wajib kali ,mok geer tu, hahaha”
Tawa Daman renyah yang bergema di sepanjang jalanan, sementara aku hanya tersenyum mendengar tawanya yang renyah. Hari itu aku benar-benar hanyut dalam candaan dan keanehan tingkah lakunya yang membuat aku tenang dan senang. Kusadari dia tak hanya mampu membuatku jengkel.
****
Hari-hari berlalu begitu saja, tanpa terasa hari keempat pun datang juga, seperti biasa aku menunggu Daman di pojok kelas, tanpa harus lama berdiri orang yang kutunggu datang dengan senyumannya yang khas, tapi ntah kenapa aku melihat ada raut wajah yang menampakkan kesedihan.
“Hari terakhir nih Ta, berarti aku udah benar-benar dimaafinkan?”
“Iya, udah kumaafin” Ujarku seraya naik ke atas motor Daman.
“Udah? Pegangan ya!” Tanya Daman, aku hanya menggangguk.
 Daman melajukan motornya meninggalkan sekolah dengan pelan dan santai. Selama di perjalanan pun kami tetap bercanda gurau melakukan kekonyolan berdua, sampai akhirnya kekonyolan kami terhenti dengan sebuah pembicaraan yang lumayan serius, yang awalnya hanya sebuh kalimat yang tak sengaja Daman lontarkan.
“Aku masih ingin jadi ojek spesial buat kamu Ta, karena aku ngerasa nyaman jika selalu di dekatmu” Ujar Daman tiba-tiba.
“Hm, tapi cowok aku cemburu sama kamu Man, gara-gara kamu terlalu dekat sama kamu”
“Eh kok gitu sih?”
“Gak tahu juga aku Man, pokoknya dari malam kemarin dia marah-marah sama aku, katanya dia bakal nyari kamu kalau kamu terlalu dekat dengan aku, pokoknya dia tu cemburu banget sama kamu”
“Hahaa, gak peduli aku Ta, kenal juga gak sama dia. Eh udah sampai nih Ta”
“Eh iya, makasih ya Man, mau mampir gak?” Tawarku basa-basi kepadanya.
“Gak usah den makasih Ta” Ujar Daman “Hm, naampaknya aku benar-benar suka sama kamu deh, cepat putus ya dari cowok kamu sekarang”
Mendengar omongannya itu aku hanya bisa tersenyum kepadanya seraya berkata, “Aneh kamu itu De Plant”
“Kok tahu nama kesayanganku?” Daman terkejut.
“Tu di motor kamu ada tulisannya, mulai sekarang aku manggil kamu De Plant aja deh, bolehkan?”
“Boleh banget, hm,, aku juga manggil kamu Mahel ya?”
“Apa tu?”
“Mata behel maksudnya, hehhee” Daman kembali tertawa, dan kali ini aku tidak hanya senyum tapi juga ikut tertawa bersamanya.
“Oke deh” Jawabku singkat.
Dan itulah saat-saat menyenang yang membuat aku semakin dekat dengan dia, cowok yang aku benci awalnya, dan kini dia telah berubah menjadi teman dekatku, dan hanya sebatas teman dekat, sampai waktu yang berbicara dan mengambil alih semua skenarionya...

BERSAMBUNG,,,

Senin, 07 November 2011

dezenove part 1


Sembilan belas, kenapa selalu disembilan belas hatiku merasakan kesenangan, kesedihan, dan tidak tentu arah? Kenapa disembilan belas aku merasakan benar-benar kehilangan? Hah, begitu banyak kenangan disembilan belas itu, begitu banyak cerita yang tak mampu kuuraikan dalam sebuah goresan pena kehidupan, begitu banyak cerita yang tak sanggup kulupakan, kini aku bagaikan kupu-kupu yang tak bisa hidup tanpa madunya.
****
            Malam ini hujan turun, aku termenung di depan jendela menyaksikan rerintikan hujan jatuh perlahan membasahi bumi, menyentuh dinginnya jendela saat itu, ku tak sadar kini aku sedang melamun jauh ke alam yang tak tentu arah. Tiba-tiba sebuah soundtrack letto_dalam duka terdengar nyaring di telinga membuyarkan lamunanku saat itu, dengan cepat kuraih asal bunyi yang tak jauh dari tempat kini kududuki. Sebuah pesan ingin menemani sepiku malam ini. Kulihat di layar handphone kesayanganku itu, sebuah nama yang jarang hadir di handphoneku, kini tanpa ada angin maupun hujan datang begitu saja.

            Pengirim : Daman
            Dikirim   : 20-mei-2011 20:00
            Malam Prita, gnggu gak aku mlam ne? Mga ja gak ya,,!! J
            Hmmbb,,
Boleh nnya gak aku ma kamu Ta? Gak tau ne knpa, dari kita pulang sekolah smpe skrang aku mikirinnya kamu terus, padahal kan kamu udah ada cowok...;
Kra” kamu tau gak ya aku knapa?
Apa jangan” aku mulai suka ma kamu ya?? Hahahaaa,,,

            “Suka? Apa sih maksud anak ini ngirim pesan gini, aku kan udah ada cowok, dan  dia tahu itu, hm,apa mungkin dia hanya iseng saja??” Bisik hatiku bertanya-tanya.
            Dengan rasa keheranan aku kembali meletakkan handphoneku tanpa membalas pesan Daman, ya aku yakin dia hanya bercanda saja, dan malam ini aku tak ingin bercanda kepada siapapun. Aku kembali menatap jendela kamarku yang basah dibasahi oleh rerintikan hujan. Selang waktu berlalu, aku terlelap dalam khayalanku sendiri.
            Keesokkan harinya, mentari bersinar begitu hangat, menyapa dunia dengan sinarannya, embun-embun di dedaunan menambah kesejukan pagi itu, rerumputan basah oleh hujan yang malam tadi, menambah semangat bagi setiap penikmat kehidupan. Dengan langkah yang pasti, aku bangkit dari kenyamanan kasurku dan kembali menjalankan aktivitas biasaku ke sekolah.
            “Pagi Dila” Sapaku yang baru masuk ke kelas kepada Dila.
            “Nah, ini kamu Ta, sini dulu ada yang mau ku omongin” Ujar Dila sembari menarik tanganku.
            “Apaan emangnya?” Tanyaku penasaran.
            “Tapi jangan marah ya, malam tadi Daman ngirim pesan ke aku, katanya tiba-tiba dia suka sama kamu, tapi...” Dila tak melanjutkan pembicaraannya.
            “Tapi apa?”
            “Tapi dia suka sama kamu karena body kamu itu yang gimana gitu, ngertikan?”
            “Hah, serius kamu Dil?” Tanyaku sekali lagi untuk memastikan pendengaranku masih baik-baik saja, Dila hanya mengangguk yang mengisyaratkan iya akan pertanyaanku.
            “Huh, apa sih maunya itu anak? Udah malam tadi ngirim pesan bilang suka seenaknya aja. Sekarang malah bilang suka karena body ku. Gak beres itu anak” Ujarku kesal.
            Ya, bodyku lumayan bisa dikatakan berisi, walaupun tidak genuk-gemuk amat, tapi apa itu masalah? Apa itu alasan yang tepat ‘tuk menyukai seseorang? Sembari duduk di bangku, aku mencoba mencerna kata-kata Daman dan mencari tujuan Daman akan semua ini. Otakku terus memutar mencari jawaban yang tak kunjung kutemukan, sampai akhirnya aku menyerah dan kuputuskan untuk memarahi Daman istirahat sekolah nanti.
            Waktu pun berputar kian cepat, bel istirahat pun berbunyi, seluruh murid di SMA ku mulai berbondong-bondong keluar menuju kantin untuk memenuhi panggilan perutnya ataupun sekedar duduk-duduk di depan kelas sembari berbincang dengan teman sebaya lainnya, begitu pula dengan aku dan Dila, kami pun segera keluar menuju kantin untuk memulihkan kembali energi yang banyak terpakai.
            Di tengah jalan, entah itu disengaja ataupun memang kebetulan, aku berpapasan dengan Daman, seseorang yang memang tengah kucari saat itu, tanpa babibu lagi akhirnya aku menyeret Daman ke tepi sekolah.
            “Kamu kenapa Ta?” Tanya Daman keheranan.
            “Kamu itu yang kenapa, apa sih maksud pesan kamu malam tadi?”
            “Pesan?” Daman berpikir “Hm, yang bilang suka itu? kamu marah?”
            “Sebenarnya itu gak ku permasalahin, karena kuanggap itu Cuma kegilaanmu saja, tapi yang sedang kumarahin itu persan kamu dengan Dila, apa maksud kamu yang suka aku karena body ku? Kamu ngejek aku ya?”
            Daman yang terkejut hanya melirik Dila sambil melototinya, dan berkata kepadaku tergagap-gagap, “Duh, ma..maaf banget ya Ta, aku itu bukan ngejek kamu, tapi itu memang sebenarnya yang terjadi. Aku aja juga bingung sampai sekarang”
            “Huh, dasar cowok aneh, pokoknya aku gak terima maaf kamu”
            “Kok gitu sih?”
            “Ya emang gitu, tapi...”
            “Tapi apa?”
            “Aku akan memaafkanmu asal....” Aku mulai berpikir sesuatu untuk hukuman buatnya “Asal kamu mau jadi ojekku selama empat hari berturut-turut. Gimana?”
            “Hah jadi ojek kamu? Berarti ngantar terus jemput kamu kerjaan aku selama empat hari itu?” Tanya Daman, aku hanya mengangguk “Oke lah kalau gitu, aku terima asal kamu maafin aku ya”
            “Aku mau maafin kamu kalau kamu udah selesai jadi ojekku selama empat hari”
            “Iya deh, iya deh semok” Ujarnya mulai jahil.
            “Semok? Apaan tu?” Tanyaku yang gak paham.
            “Seksi dan montok maksudnya, hehheee” Ujar Daman sambil berlari menjauhiku.
            Sementara aku hanya bisa kembali marah-marah di tempat, tanpa mengejar dia yang sekarang udah jauh berlari sembari senyumannya tak hilang dari wajahnya. Aku tertawa setengah kesal, walau begitu aku tetap senang karena empat hari yang akan datang, uang jajanku bisa hemat, karena aku ada ojek yang setia ngantarin aku. Akhirnya aku dan Dila pun kembali melanjutkan perjalanan ke kantin yang sempat terhenti dan tanpa kusadari keputusan itu adalah awal dari sebuah cerita indah dalam hidupku.


BERSAMBUNG......