Hari ini hari keempat Adi pergi
keluar kota bersama teman-temannya, dan udah empat hari perasaanku tentang Adi
berkecamuk. Pesan yang kukirim jarang dibalasnya, dan yang paling naas lagi,
teleponku juga tak pernah diangkatnya. Ada apa sebenarnya ini, lirih batinku.
Seraya menghidupkan laptop kesayangan dan menunggu jaringan modemku untuk
connect, aku memikirkan kemungkinan jawaban pertanyaan hatiku ini.
“Pusing
ah mikirin satu anak itu aja, mendingan aku buka facebook lagi” Ujarku mengetik
keyword facebook di mbah google.
Setelah
menunggu beberapa menit akhirnya facebookku terbuka, dengan mengklik sana dan
sini aku melihat pemberitahuan terbaru, tidak ada yang begitu spesial dan
istimewa di sana, selalu seperti biasa, ya pemberitahuan yang biasa saja, like
status, komenan status, kiriman dinding, undangan pertemanan, undangan acara,
semua biasa saja dan membuat bosan. Sampai akhirnya aku kembali ke beranda
melihat status-status teman dunia mayaku.
Kubaca
satu persatu status-status yang mewarnai berandaku, beranekaragam semuanya, ada
yang sedang bahagia, bersedih, galau, atau pun tidak jelas maksud status
mereka, membuat sedikit terhibur dengan status mereka, sesekali aku juga mengkomen
status yang menarik perhatianku, namun semua itu hanya sebentar tiba-tiba tanpa
tidak sengaja aku membaca sesuatu yang membuat hatiku terperanjat bukan main,
ku ulang membaca sesuatu itu berharap hanya salah baca, tapi tetap tidak
berubah, bagai disambar petir hatiku dibuatnya. Kekasih yang kucintai selama
ini mengkhianatiku, kini dengan mata kepalaku sendiri aku membaca sebuah
kiriman yang dikirim Adi kepada seseorang cewek yang tak ku kenal, aku bukannya
tipe cewek yang protektif, aku juga tidak marah jika ia berbalas dinding dengan
teman ceweknya manapun, tapi kali ini beda, dia memakai satu suku kata yang
meremukkan hatiku, sayang. Itulah suku katanya.
Dengan
cepat kuraih handphoneku dan menelpon Adi. Sekali kutelepon, tak diangkat, dua
kali, tiga kali, empat kali, dan akhirnya tuk kelima kalinya teleponku
diangkatnya juga.
“Ya”
Ujarnya singkat.
“Maksud
kamu itu apa sih? Kamu gak sanggup lagi dengan hubungan ini? Mana janji kamu
dulu? Ternyata kamu itu gak pernah berubah ya, setelah aku kasih kesempatan
kedua kamu masih saja buat hal yang sama, mana hati nurani kamu? Sekarang
intinya kamu itu mau apa? Lanjutin atau gak hubungan ini?” Tanyaku selayaknya
rel kereta api yang tak putus-putus.
“Apa
sih yang kamu omongin?” Tanyanya tanpa merasa bersalah.
“Kamu
itu yang apa, apa maksud kamu bilang-bilang sayang ke cewek yang gak aku kenal
di facebook?”
“Yang
mana?” Adi mulai gelagapan.
“Lihat
aja sendiri. Hm, itu gak penting, sekarang aku nanya gimana hubungan kita
sekarang? Mau dilanjut atau gak?”
“Terserah”
Ujarnya singkat yang membuat aku naik pitam.
“Ya
udah kalau kamu gitu, sekarang kita putus, titik” aku segera mematikan
handphoneku dan membantingnya ke atas kasur tepat di sampingku.
Emosiku
masih naik dan belum stabil, ingin rasanya menangis walau air mataku tak dapat
mengalir jatuh. Kulihat di sisi kanan bawah facebookku, ku klik menu obrolan
yang tertera jelas disana, kuperhatikan satu demi satu nama yang ada di sana,
tanpa tak sengaja aku melihat sebuah akun yang sangat familiar di ingatanku,
dengan cepatku klik nama itu dan memulai chatting dengannya.
“Sakit
ya ternyata diduain, dikhianatin gitu”
“maksud
kamu apa Mahel? Udah lama gak ketemu, sekali chat ngomongnya gitu” Balas Daman
yang terheran di seberang sana.
“Baru
beberapa menit putus udah buat status berpacaran dengan cewek lain” Tambahku.
“Siapa?
Cowok kamu Mahel?”
“Iya,
siapa lagi kalau bukan dia”
“Kurang
ajar, enak aja dia buat gitu, dia kira anak orang boneka apa yang seenaknya
dipermainkan gitu?” Ujar Daman kesal.
“Nah,
kok kamu yang ikut-ikutan kesal De Plant?” Tanyaku keheranan.
“Gak
tahu lah kenapa, pokoknya kesal. Gimana kalau kamu balas bikin status
berpacaran juga?”
“Dengan
siapa?” Tanyaku kebingungan.
“Iya
ya, aku juga bingung gak tahu siapa orangnya” Daman berpikir “Gimana kalau
dengan aku saja? Itu pun kalau kamu mau”
“Boleh
juga tuh”
Dan
akhirnya kami pun buat status berpacar saat itu juga, serentak status itu
banyak yang mengomennya, dunia maya gempar dengan status hubungan kami,
sampai-sampai Dila ngirim pesan ke aku yang pada akhirnya aku jelasin semua
dari a sampai z dan Dila ngerti juga. Aku tidak tahu tanggal berapa itu, toh juga cuma pacaran pura-pura.
Skenario
kami berhasil, aku dan Daman udah bisa membohongi orang-orang dengan berbalas
dinding pakai kata sayang, saling komen-komenan dengan kata-kata sayang juga,
pokoknya seperti gimana selayaknya orang berpacaran. Kini hatiku sudah tidak
emosi dan hancur lagi, aku telah bahagia dapat membalas sakit hatiku walau
tidak secara langsung.
“Seperti
aku banyak berhutang dengan Daman” Pikirku seraya tersenyum-senyum dan
mengakhiri keasyikanku di dunia maya.
****
Senandung azan maghrib mengalun syahdu,
mengajak para penikmatnya tuk menghadap bersujud bersyukur kepada sang pencipta
jagat raya, tampak cahaya senja mengkilap di langit kemerahan menambah suasana
semakin syahdu saat itu. Kini hatiku tenang setelah membayar hutang akhirat,
dengan perasaan lega kuberbaring di atas kasur, tak berselang lama handphoneku
berbunyi pertanda ada pesan yang masuk.
“Daman? Kenapa dia ya?” Tanya hatiku
terheran dan membuka pesannya.
Pengirim
: Daman
Dikirim : 19-Juni-2011 18:35
Malam
Ta, langsung aja ya. Hm,, gimana kalau kita serius pacaran??
Khan
kamu udah gak ada cwok lagi,,
Terkejut bukan main aku membaca
pesan yang dikirim Daman, sekarang ini bukan masalah aku masih atau tidak ada
lagi kekasih, tapi aku terikat dengan perkataan Dila yang tak boleh aku
menjalin hubungan dengan Daman, karena dia tidak mau aku tersakiti lagi, dan
Dila tahu Daman itu seperti apa orangnya. Dengan perasaan ragu kubalas pesan
dia.
Terkirim
: Daman
Dikirim : 19-Juni-2011 18:43
Malam
juga Man, maaf ya sblumnya,,,
Bukannya
aku gak mau, pie kamu harus minta izin dulu dengan Dila,,,
Alnya
Dila gak suka dan gak setuju aku pacaran dengan kamu,,,
Dengan
sedikit gelisah aku menunggu balasan dari Daman, tak sampai lima menit
handphoneku kembali bergetar, dengan cepat aku membukanya tak sabaran akan
balasannya.
Pengirim
: Daman
Dikirim : 19-Juni-2011 18:45
Gitu
ya??
Hmbb,,
oke deh aku coba,,
Kita
teleponan aja ya, dikonfren gitu,,
Bentar
kutelepon Dila dulu,,
Ku pun mengerti dan menunggu telepon dari
Daman, sembari menunggu kubiarkan otakku menari-nari membayangkan kejadian yang
mungkin akan terjadi selanjutnya, terkadang tersenyum sendiri, terkadang
melamun sendiri. Sedetik kemudian soundtrack sheila on 7 mudah saja pun
terdengar dari handphoneku, cepat-cepat kuangkat panggilan Daman.
“Ya” Jawabku singkat.
“Nah, udah ngumpulkan semua?” Tanya Daman namun tak ada yang menjawab “Oke
to the point aja ya, Dila aku mau minta izin ke kamu tuk jadiin Prita kekasih
hati, di izinin gak?”
“Hah, kamu mau pacaran dengan Prita?
Gak, aku gak izinin, pokoknya gak, aku gak mau sahabatku sakit hati dipermainkan
cowok” Bantah Dila.
“Mohon kasih aku kesempatan sekali
ini Dil, aku janji bakal ngebahagiain Prita, aku janji gak akan
mempermainkannya seperti aku biasa mempermainkan cewek yang lain”
Dila tetap diam tak mau tahu,
sementara aku hanya sebagai pendengar mereka saja. Daman berkali-kali memohon
dan merayu Dila.
“Dil, tolong percaya aku dan kasih
aku kesempatan kali ini aja, aku janji. Kalau memang kulanggar perjanjian ini
terserah kamu mau apain aku”
“....” Dila tetap diam tak
bergeming, mungkin dia sedang berpikir.
Lama sudah itu Daman pun ikut
terdiam, tak ada yang bicara lagi. Nampaknya Daman menantikan sekali sebuah
jawaban yang keluar dari mulut Dila itu.
“Oke aku izinin” Ujar Dila singkat
“Kupegang kata-katamu”
Dila pun mematikan penggilannya dan
membiarkan aku bersama Daman berdua tanpa sempat berterimakasih kepadanya.
“Well, gimana sekarang?” Tanya
Daman.
Aku hanya diam tak menjawab
pertanyaannya, jujur aku juga bingung harus bagaimana lagi
“Ta, gimana sekarang?” Tanya Daman lagi.
“Iya aku mau Man” Jawabku singkat,
tak lupa pula bibirku tersungging sebuah senyuman.
“Makasih ya Mahel sayang” Ujar Daman
bahagia.
“Iya”
Kulirik sebentar jam
weker di meja belajarku, jam pooh kesayanganku itu telah menunjukkan jam
sembilan belas lewat tiga puluh tiga menit, kini pandanganku beralih ke
kalender yang ada di sebelah jam itu, dan kusadari hari ini tanggal sembilan
belas.
“Serba sembilan belas”
Bisik batinku tersenyum “Semoga awal yang baik”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar