Rabu, 16 November 2011

dezenove part 2


            Siang ini tak seperti biasanya, sembari berdiri di pojok kelas menunggu kedatangan Daman ojek baruku, kutatap syahdu langit nan kelam, merasakan angin bersepoi riuh memainkan jilbab yang kini kupakai, awan putih berangsur-angsur menjadi padatan hitam memenuhi jagat raya, setitik demi setitik pun hujan turun dari padatan hitam itu membasahi bumi.
            “Prita”
Terdengar olehku suara seseorang memanggil, kupalingkan tatapanku untuk mencari-cari suara yang nyaring itu. Terlihat denganku dari kejauhan sebuah senyuman menyapa ramah ke arahku, dan datang tepat dihadapanku. Dengan hati setengah kesal aku menatap Daman yang masih tersenyum.
“Apa senyum-senyum?” Tanyaku.
“Galak amat mok, sorry ya tadi ada keperluan pramuka bentar dengan Rika” Jelas Daman yang bagiku itu tidak penting.
Dengan membentuk mulut bulat aku hanya ber-oh ria menanggapi penjelasannya. Kini ku tampung hujan yang turun perlahan dengan tanganku tanpa menghiraukan Daman yang masih saja tersenyum.
“Gimana nih? Masih mau dianterin pulang?” Tanya Daman.
“Iya dong, kan hukumannya belum selesai, ingat empat hari lho”
“Iya-iya tahu. Jadi gimana? Pulang sekarang kita mok?”
“Ye, hujan gini ngajakin pulang, bisa gak sekolah besok”
“Gerimis juga” Celetuk Daman.
Hening, suasana kembali hening. Tak ada lagi percakapan antara aku dan Daman. Kami tetap saja terdiam menunggu hujan yang reda, walaupun aku sempat risih dengan keadaan ini. Sampai akhirnya hujan reda juga.
“Udah reda nih, pulang yuk” Ajakku memecah keheningan.
Dengan sumringahnya, dia mengangguk kepadaku dan mempersilahkanku menaiki motor merah kesayangannya bak pangeran mempersilahkan menunggangi kuda hitam nan gagah berani. Aku hanya tersenyum melihat tingkah Daman, jujur dia memang asyik anaknya walaupun terkadang ngeselin. Lambat laun motor yang kami tumpangi pun berjalan menyelusuri jalan-jalan yang sepi, masih dirintik oleh titik-titik hujan.
“Kelihatannya aku mulai menyukai ini” Ujar batinku tanpa sengaja tersenyum.
“Kenapa senyum Ta? Romantis ya?” Goda Daman yang membuatku terkejut.
“Apanya yang romantis? Biasa aja kali Man. Geer amat sih jadi umat” Ledekku.
“Wajib kali ,mok geer tu, hahaha”
Tawa Daman renyah yang bergema di sepanjang jalanan, sementara aku hanya tersenyum mendengar tawanya yang renyah. Hari itu aku benar-benar hanyut dalam candaan dan keanehan tingkah lakunya yang membuat aku tenang dan senang. Kusadari dia tak hanya mampu membuatku jengkel.
****
Hari-hari berlalu begitu saja, tanpa terasa hari keempat pun datang juga, seperti biasa aku menunggu Daman di pojok kelas, tanpa harus lama berdiri orang yang kutunggu datang dengan senyumannya yang khas, tapi ntah kenapa aku melihat ada raut wajah yang menampakkan kesedihan.
“Hari terakhir nih Ta, berarti aku udah benar-benar dimaafinkan?”
“Iya, udah kumaafin” Ujarku seraya naik ke atas motor Daman.
“Udah? Pegangan ya!” Tanya Daman, aku hanya menggangguk.
 Daman melajukan motornya meninggalkan sekolah dengan pelan dan santai. Selama di perjalanan pun kami tetap bercanda gurau melakukan kekonyolan berdua, sampai akhirnya kekonyolan kami terhenti dengan sebuah pembicaraan yang lumayan serius, yang awalnya hanya sebuh kalimat yang tak sengaja Daman lontarkan.
“Aku masih ingin jadi ojek spesial buat kamu Ta, karena aku ngerasa nyaman jika selalu di dekatmu” Ujar Daman tiba-tiba.
“Hm, tapi cowok aku cemburu sama kamu Man, gara-gara kamu terlalu dekat sama kamu”
“Eh kok gitu sih?”
“Gak tahu juga aku Man, pokoknya dari malam kemarin dia marah-marah sama aku, katanya dia bakal nyari kamu kalau kamu terlalu dekat dengan aku, pokoknya dia tu cemburu banget sama kamu”
“Hahaa, gak peduli aku Ta, kenal juga gak sama dia. Eh udah sampai nih Ta”
“Eh iya, makasih ya Man, mau mampir gak?” Tawarku basa-basi kepadanya.
“Gak usah den makasih Ta” Ujar Daman “Hm, naampaknya aku benar-benar suka sama kamu deh, cepat putus ya dari cowok kamu sekarang”
Mendengar omongannya itu aku hanya bisa tersenyum kepadanya seraya berkata, “Aneh kamu itu De Plant”
“Kok tahu nama kesayanganku?” Daman terkejut.
“Tu di motor kamu ada tulisannya, mulai sekarang aku manggil kamu De Plant aja deh, bolehkan?”
“Boleh banget, hm,, aku juga manggil kamu Mahel ya?”
“Apa tu?”
“Mata behel maksudnya, hehhee” Daman kembali tertawa, dan kali ini aku tidak hanya senyum tapi juga ikut tertawa bersamanya.
“Oke deh” Jawabku singkat.
Dan itulah saat-saat menyenang yang membuat aku semakin dekat dengan dia, cowok yang aku benci awalnya, dan kini dia telah berubah menjadi teman dekatku, dan hanya sebatas teman dekat, sampai waktu yang berbicara dan mengambil alih semua skenarionya...

BERSAMBUNG,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar