Senin, 07 November 2011

dezenove part 1


Sembilan belas, kenapa selalu disembilan belas hatiku merasakan kesenangan, kesedihan, dan tidak tentu arah? Kenapa disembilan belas aku merasakan benar-benar kehilangan? Hah, begitu banyak kenangan disembilan belas itu, begitu banyak cerita yang tak mampu kuuraikan dalam sebuah goresan pena kehidupan, begitu banyak cerita yang tak sanggup kulupakan, kini aku bagaikan kupu-kupu yang tak bisa hidup tanpa madunya.
****
            Malam ini hujan turun, aku termenung di depan jendela menyaksikan rerintikan hujan jatuh perlahan membasahi bumi, menyentuh dinginnya jendela saat itu, ku tak sadar kini aku sedang melamun jauh ke alam yang tak tentu arah. Tiba-tiba sebuah soundtrack letto_dalam duka terdengar nyaring di telinga membuyarkan lamunanku saat itu, dengan cepat kuraih asal bunyi yang tak jauh dari tempat kini kududuki. Sebuah pesan ingin menemani sepiku malam ini. Kulihat di layar handphone kesayanganku itu, sebuah nama yang jarang hadir di handphoneku, kini tanpa ada angin maupun hujan datang begitu saja.

            Pengirim : Daman
            Dikirim   : 20-mei-2011 20:00
            Malam Prita, gnggu gak aku mlam ne? Mga ja gak ya,,!! J
            Hmmbb,,
Boleh nnya gak aku ma kamu Ta? Gak tau ne knpa, dari kita pulang sekolah smpe skrang aku mikirinnya kamu terus, padahal kan kamu udah ada cowok...;
Kra” kamu tau gak ya aku knapa?
Apa jangan” aku mulai suka ma kamu ya?? Hahahaaa,,,

            “Suka? Apa sih maksud anak ini ngirim pesan gini, aku kan udah ada cowok, dan  dia tahu itu, hm,apa mungkin dia hanya iseng saja??” Bisik hatiku bertanya-tanya.
            Dengan rasa keheranan aku kembali meletakkan handphoneku tanpa membalas pesan Daman, ya aku yakin dia hanya bercanda saja, dan malam ini aku tak ingin bercanda kepada siapapun. Aku kembali menatap jendela kamarku yang basah dibasahi oleh rerintikan hujan. Selang waktu berlalu, aku terlelap dalam khayalanku sendiri.
            Keesokkan harinya, mentari bersinar begitu hangat, menyapa dunia dengan sinarannya, embun-embun di dedaunan menambah kesejukan pagi itu, rerumputan basah oleh hujan yang malam tadi, menambah semangat bagi setiap penikmat kehidupan. Dengan langkah yang pasti, aku bangkit dari kenyamanan kasurku dan kembali menjalankan aktivitas biasaku ke sekolah.
            “Pagi Dila” Sapaku yang baru masuk ke kelas kepada Dila.
            “Nah, ini kamu Ta, sini dulu ada yang mau ku omongin” Ujar Dila sembari menarik tanganku.
            “Apaan emangnya?” Tanyaku penasaran.
            “Tapi jangan marah ya, malam tadi Daman ngirim pesan ke aku, katanya tiba-tiba dia suka sama kamu, tapi...” Dila tak melanjutkan pembicaraannya.
            “Tapi apa?”
            “Tapi dia suka sama kamu karena body kamu itu yang gimana gitu, ngertikan?”
            “Hah, serius kamu Dil?” Tanyaku sekali lagi untuk memastikan pendengaranku masih baik-baik saja, Dila hanya mengangguk yang mengisyaratkan iya akan pertanyaanku.
            “Huh, apa sih maunya itu anak? Udah malam tadi ngirim pesan bilang suka seenaknya aja. Sekarang malah bilang suka karena body ku. Gak beres itu anak” Ujarku kesal.
            Ya, bodyku lumayan bisa dikatakan berisi, walaupun tidak genuk-gemuk amat, tapi apa itu masalah? Apa itu alasan yang tepat ‘tuk menyukai seseorang? Sembari duduk di bangku, aku mencoba mencerna kata-kata Daman dan mencari tujuan Daman akan semua ini. Otakku terus memutar mencari jawaban yang tak kunjung kutemukan, sampai akhirnya aku menyerah dan kuputuskan untuk memarahi Daman istirahat sekolah nanti.
            Waktu pun berputar kian cepat, bel istirahat pun berbunyi, seluruh murid di SMA ku mulai berbondong-bondong keluar menuju kantin untuk memenuhi panggilan perutnya ataupun sekedar duduk-duduk di depan kelas sembari berbincang dengan teman sebaya lainnya, begitu pula dengan aku dan Dila, kami pun segera keluar menuju kantin untuk memulihkan kembali energi yang banyak terpakai.
            Di tengah jalan, entah itu disengaja ataupun memang kebetulan, aku berpapasan dengan Daman, seseorang yang memang tengah kucari saat itu, tanpa babibu lagi akhirnya aku menyeret Daman ke tepi sekolah.
            “Kamu kenapa Ta?” Tanya Daman keheranan.
            “Kamu itu yang kenapa, apa sih maksud pesan kamu malam tadi?”
            “Pesan?” Daman berpikir “Hm, yang bilang suka itu? kamu marah?”
            “Sebenarnya itu gak ku permasalahin, karena kuanggap itu Cuma kegilaanmu saja, tapi yang sedang kumarahin itu persan kamu dengan Dila, apa maksud kamu yang suka aku karena body ku? Kamu ngejek aku ya?”
            Daman yang terkejut hanya melirik Dila sambil melototinya, dan berkata kepadaku tergagap-gagap, “Duh, ma..maaf banget ya Ta, aku itu bukan ngejek kamu, tapi itu memang sebenarnya yang terjadi. Aku aja juga bingung sampai sekarang”
            “Huh, dasar cowok aneh, pokoknya aku gak terima maaf kamu”
            “Kok gitu sih?”
            “Ya emang gitu, tapi...”
            “Tapi apa?”
            “Aku akan memaafkanmu asal....” Aku mulai berpikir sesuatu untuk hukuman buatnya “Asal kamu mau jadi ojekku selama empat hari berturut-turut. Gimana?”
            “Hah jadi ojek kamu? Berarti ngantar terus jemput kamu kerjaan aku selama empat hari itu?” Tanya Daman, aku hanya mengangguk “Oke lah kalau gitu, aku terima asal kamu maafin aku ya”
            “Aku mau maafin kamu kalau kamu udah selesai jadi ojekku selama empat hari”
            “Iya deh, iya deh semok” Ujarnya mulai jahil.
            “Semok? Apaan tu?” Tanyaku yang gak paham.
            “Seksi dan montok maksudnya, hehheee” Ujar Daman sambil berlari menjauhiku.
            Sementara aku hanya bisa kembali marah-marah di tempat, tanpa mengejar dia yang sekarang udah jauh berlari sembari senyumannya tak hilang dari wajahnya. Aku tertawa setengah kesal, walau begitu aku tetap senang karena empat hari yang akan datang, uang jajanku bisa hemat, karena aku ada ojek yang setia ngantarin aku. Akhirnya aku dan Dila pun kembali melanjutkan perjalanan ke kantin yang sempat terhenti dan tanpa kusadari keputusan itu adalah awal dari sebuah cerita indah dalam hidupku.


BERSAMBUNG......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar